Kurikulum baru yang akan mulai diterapkan Juli 2013 dinilai oleh Pengamat pendidikan dari Universitas Paramadina Utomo Dananjaya, tidak dikaji oleh pemerintah secara sungguh-sungguh. Sehingga siswa selalu menjadi korban penerapannya.
"Pengkajian kurikulum pemerintah selalu terkesan asal-asalan. Kasihan para siswa yang menjadi korban, saat kurikulum baru diimplementasikan," kata Utomo dikutip dari Antara (14/02/2013).
Kurikulum 2013 yang akan diterapkan tidak jauh berbeda dengan kurikulum sebelumnya yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang sudah diterapkan sejak 2006. Menurutnya kurikulum baru ini akan kembali mengalami kegagalan.
"Di satu sisi pemberlakuan kurikulum tidak diikuti dengan pelatihan sumber daya manusia, dalam hal ini guru, secara serius. Di sisi lain pengkajian kurikulum baru selalu saja asal-asalan, sehingga akan gagal terus," kata Utomo.
Daripada mengubah kurikulum, menurut Utomo, sebaiknya pemerintah mengatasi pengadaan guru terlebih dulu, dengan membuat program pengadaan dan pembimbingan guru, sehingga stok pengajar bagi pendidikan nasional cukup sekaligus berkualitas.
"Ada kajian dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang menyatakan jumlah guru sudah cukup, tapi kualitasnya saja yang kurang. Tapi faktanya di daerah pelosok guru umum masih kurang," kata Utomo.
Guru merupakan faktor paling krusial yang kerap menjadi kelemahan dunia pendidikan di Indonesia. Pemerintah seharusnya lebih serius memecahkan permasalahan itu.
Pada tahun ini, untuk jenjang SD hanya 30 persen sekolah dari seluruh SD di Indonesia yang dijadikan tempat penerapan kurikulum 2013. Tahap pertama ini penerapannya menyasar pada kelas I dan kelas IV.
Menu › Revisi › Siswa Jadi Korban Penerapan Kurikulum Baru
Siswa Jadi Korban Penerapan Kurikulum Baru
Dipublikasikan Senin, 18 Februari 2013